Telah dibaca oleh: 1102805 orang.PRRI di nagari Tabek Sw. Tangah
Dikarang oleh : H. si Am Dt. Soda, Amrie Ramli, Hazli Nurdin
PRRI di nagari Tabek-Sw. Tangah
Tiga remaja kampung menuntut ilmu di Kota
56 tahun kami berpisah
Tiga manula ingin berkisah
Bukan menggurui atau berkhotbah
Bercerita lama kejadiaan sejarah
Abraham, Amrie serta Hazli
Remaja kampung anak nagari
Tidur di Surau di malam hari
Semuanya lancar ketika mengaji
Pelajaran sejarah untuk keluarga
Menjadi obor ibarat pelita
atau kompas oleh Nakhoda
Diambil hikmah, kata Ulama
Kini hidup saling berjauhan
Puluhan tahun tak pernah berhadapan
Amrie dan Abraham tinggal di perantauan
Hazli bermukim dekat kampung halaman
Meskipun hidup jauh di rantau
Produk asli didikan surau
Hasil budaya adat Minang Kabau
Menghadapi globalisasi tidaklah risau
Agustus 57, dalam ingatan
Kami bertiga baru berkenalan
di Batusangkar kota pendidikan
Asalnya kampung saling berjauhan
Karena Indonesia baru merdeka
Jumlah SMP hanya 2
Semua senang sangat bahagia
Ada guru, dari Jawa
Bapak Sutrisno mengajar kami
membawa pesan, penuh misi
Lagu Jawa, kami tak mengerti
liriknya bagus, sangat serasi
Srengenge nyunar kanti mulyo, Manuk-e niber ono ing wit witan, Khewane nyenggut ono ing pasuketan, Ayo podo muji Allah kang Mulyo.
Ketika belajar di SMP 1
Hari Senen sampai Sabtu
Pulang ke kampung hari Minggu
Mengambil belanja, uang saku
Bukannya kikir ataupun pelit
Orang tua, hidupnya sulit
Duit diberi sangat sedikit
Paling banyak hanya seringgit
Pulang ke kampung masing-masing
Semuanya berharap menjadi pintar
Enam bulan terasa sebentar
Ketika datang sebuah kabar
Mungkin perang akan berkobar
Kota Batusangkar bergerak maju
Ada universitas yang masih baru
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru
Mahasiswa banyak sampai seribu
Sejarah mencatat secara tertulis
Muhammad Yamin tokoh nasionalis
Beliau ingin meninggalkan waris
Dia berbuat secara logis
Dalam percaturan tingkat nasional
Rencana mulia sejak awal
Menjadikan Batusangkar kota terkenal
Mencetak guru sebagai modal
Sayang, seribu kali sayang
Rezim Soekarno menjadi penghalang
Batusangkar juga akan diserang
Mahasiswa bersiap untuk berperang
Inilah petuah anak nagari
“Musuh tak boleh dicari-cari
bila datang jangan dihindari
Sangat terlarang bersikap banci”
Di lapangan rumput Beringin Sati
Mahasiswa berlatih setiap hari
Menggunakan senjata membela diri
Persiapan perang yang akan dihadapi
Latihan dipimpin oleh instruktur
Mengokang senjata, memasang sangkur
Menggunakan senapan ketika bertempur
Memberi aba-aba kalau mundur
Karena kuwatir terjadi peperangan
Dari kampung datang panggilan
Orang tua sangat ketakutan
Anak di rantau bisa kelaparan
Sesudah subuh, selesai sembahyang
Ke nagari Tabek berdua pulang
Tiada kenderaan untuk ditumpang
Sampai di rumah menjelang siang
Sebagai remaja asalnya kampung
Tidak malu ataupun canggung
Membawa bungkusan dengan dijunjung
Barang dikemas menggunakan sarung
Si Am pulang ke nagari Tanjung
Di sana dia punya kampung
Kami berjauhan, tak saling kunjung
Tiada komunikasi alat penghubung
Ketika terjadi pergolakan Daerah
Ibarat perceraian Ibu dan Ayah
Kakak dan adik ikut terpisah
Semua orang menjadi susah
Saat perang sedang terjadi
Kami bertiga menjadi saksi
Kejadiaan peristiwa di dalam nagari
Dialami langsung menimpa diri
Cerita Abraham tentang PRRI
Tidak ditulis di syair ini
Tapi dibuat karangan tersendiri
Dengan Google bisa dicari
Melanjutkan pendidikan di SMP Penampung
Dalam suasana perang berkobar
Di setiap kecamatan di Tanah Datar
PRRI tak melupakan kewajiban dasar
Menyediakan sekolah untuk pelajar
Tanpa birokrasi bertele tele
Tidak dibantu Cukong dan Toke
Di Sawah Tangah didirikan SMP
Sekolah siang sampai sore
SMP didirikan di Sawah Tangah
Supaya ijok lebih mudah
Saat musuh datang menggeledah
Orangpun sembunyi di bukit lembah
Bukit lembah di lereng Merapi
Tempat strategis untuk sembunyi
Di situ berkumpul pejuang PRRI
Susah disergap tentara APRI
Kebiasaan tentara kalau beroperasi
Mereka ke kampung saat pagi
Mengganggu aktivitas anak nagari
Makanya belajar di sore hari
Ketika berangkat menuju sekolah
Dari Tabek ke Sawah Tangah
Bukan perjalanan dibilang mudah
Terkadang muncul ada masalah
Bertemu tentara saat patroli
Naik kenderaan atau jalan kaki
Kami distop supaya berhenti
lalu ditanyai tempat PRRI
Kalau jawaban ada salah
Maka tentara akan marah
Hazli menjawab dengan berkilah
Kami hanya anak sekolah
Amri menunjuk bukit dan gunung
Bukan lokasi secara langsung
Tampaknya tentara menjadi bingung
Karena jawaban sangat menggantung
Menurut pikiran orang waras
Bukit dan gunung sangat luas
Kalau diserbu takkan tuntas
Jurang dan tebing sangat ganas
Sudah terbukti ketika perang
Tempat ijok orang Minang
Bukan di dataran tanah lapang
Tapi di rimba hutan yang lengang
Amrie dan Hazli sedang di sekolah
Dua sahabat jarang berpisah
Mortir ditembakkan ke Sawah Tangah
Bom yang jatuh membuat masalah

Karena takut terkena peluru
Semua murid bersama guru
Tidak antri satu persatu
Saling berdesakan keluar pintu
Tidak disuruh atau dipaksa
Ada yang keluar lewat jendela
Tanpa berpikir dapat cedera
Tangan dan kaki bisa luka
Sambil menunggu nasib untung
Di rumpun bambu semua berlindung
Ada yang berdoa sambil merenung
Banyak yang menangis meraung raung
Ledakan kedua cukup besar
Lumpur dan tanah ikut terlempar
Mengena objek yang di sekitar
Termasuk pakaian para pelajar
Hazli marah sambil mengomel
Bajunya kumuh seperti kain pel
Pakaian sekolah hanya satu stel
Kini kotoran banyak menempel
Agar nyaman dipakai lagi
Baju yang kotor musti dicuci
Butuh waktu sampai sehari
Menunggu yang basah kering kembali
Amrie pindah ke Rantau
Suasana di kampung sangat kacau
Tiada lagi maota di lapau
Telah kosong semua Surau
Amrie memutuskan pindah ke rantau
Nagari Tabek terasa neraka
Setiap saat terancam nyawa
Amrie berniat pindah ke Jakarta
Menjauhi peluru bedil senjata
Dari dunsanak simpatisan PRRI
Supir oto dapat informasi
Jangan ke Padang, lusa pagi
Bisa celaka di jalan nanti
Informasi penting sangat rahasia
Melalui kurir yang masuk kota
Mungkin terjadi kontak senjata
Ada penghadangan di jalan raya
Berangkat ke Jakarta sudah terjadwal
Telah dipesan tiket kapal
Sudah ditetapkan hari dan tanggal
Tak mungkin diundur atau batal
Tak ada bus umum yang tersedia
Terpaksa menumpang angkutan tentara
Ada kemungkinan dapat celaka
Bisa mati ataupun cedera
Tanpa perlu memberi uang
Angkutan militer terpaksa ditumpang
Amrie berangkat menuju Padang
Resiko ditanggung diri seorang
Di lereng bukit terbentang jalan
truk dan panser beriring iringan
Sangat lambat lewat di tikungan
Mungkin terjadi aksi serangan
Supaya APRI ngeri ketakutan
konvoi ditembak dari hutan
Bukannya manusia sebagai sasaran
hanya gertak untuk peringatan
Dalam perjalanan menuju Padang
Kendaraan ditembak berulang-ulang
Pertama terjadi di simpang Rawang
Kedua di rimba Bukit Tambun Tulang
Tembakan dilepas tidak membunuh
Hanya taktik membuat rusuh
Isyarat pemberitahuan kepada musuh
bahwa PRRI masih utuh
Berulang-ulang konvoi ditembak
Akibatnya muncul berbagai dampak
Musuh tak lagi bebas bergerak
Enaknya bertahan di dalam barak
Tahun 60 Hazli pindah ke Pandeglang
Si Am juga meninggalkan Tanjung Sungayang
Karena di kampung terus perang
Banyak penduduk pergi menghilang
Patut diketahui anak cucu
Ambillah hikmah bila perlu
Sambil mengungsi menuntut ilmu
Alam terkembang jadikan guru
Pindah ke Jawa melalui Padang
Ikut berlayar di kapal dagang
Muatannya padat bermacam barang
Termasuk hewan berjenis binatang
Perjalanan penting masih diingat
Penumpang kapal sangat padat
Kapal berlayar terlalu lambat
Hari ketiga barulah mendarat
Dalam pelayaran menuju Jakarta
Penumpang tidur di dek terbuka
Saling berkenalan bertukar cerita
Tentang pengalaman perang saudara
Kepala manusia yang digantung di tepi lapangan
Nurdin Karim Imam Mudo
Bersama kemenakannya Anwar St. Bandaro
Saat bergolak melawan Soekarno
Sangat berani menanggung resiko
Waktu berjuang menegakkan demokrasi
Nurdin terpilih menjadi wali nagari
Anwar ditunjuk pembantu administrasi
Mamak dan Kemenakan anggota Masjumi
Dalam kejadian perang saudara
Anak nagari terbelah dua
Membantu Pusat juga ada
Karena ideologi memang berbeda
Agar operasi berjalan lancar
Mengalahkan PRRI sampai bubar
Anggota partai yang di Batu Sangkar
Bernama Nukman di dalam Buku Daftar
Nukman ke Tabek menaiki truk
Dia menyeru kepada penduduk
Terhadap APRI wajib tunduk
Janganlah ijok pergi menyuruk
Nukman dibantu preman OPR
Berseragam resmi seperti militer
Dilengkapi pistol jenis revolver
Kalau malam memakai senter
Awal tahun 60, nagari wajib dipagar
Mengurung pemukiman puluhan hektar
Mengelilingi kampung lingkar-melingkar
Keluar masuk menjadi sukar
Taktik dilakukan tentara Pusat
Memisahkan pejuang dengan rakyat
Nagari dipagar sangat kuat
Dindingnya tinggi susah dipanjat
Pagar dibuat dari bambu
Menggunakan tiang tonggak kayu
Seperti benteng zaman dahulu
Tidak menggunakan banyak paku
Ketika penguasa minta tolong
Membuat pagar tanpa bolong
Rakyat disuruh bergotong-royong
Pabila menolak langsung ditodong
Di tengah kehidupan yang susah
Penduduk bekerja tanpa upah
Menerima instruksi atau perintah
Harus patuh bersikap pasrah
Anwar Bandaro pejuang PRRI
Ketika malam gelap sekali
Berusaha masuk ke dalam nagari
Rindu anak serta istri
Tengah malam sangat gelap
Semua orang tertidur lelap
Anwar berjalan mengendap-endap
Terkadang merangkak sambil tiarap
Dalam kegelapan masih tampak
Sambil merunduk, sering merangkak
Anwar kelihatan bergerak gerak
Oleh tentara langsung ditembak
Dia syahid mati tewas
Setelah bertakbir keras keras
Almarhum tak bisa bernafas
Semoga Tuhan memberi balas
Kalau berjuang membela negara
Selalu ingat pada keluarga
Tuhan membalas dengan surga
Untuk hidup selama lamanya
Kekejaman musuh tidak tanggung
Peristiwa ngeri terjadi di kampung
Jasad Anwar lalu dipancung
Diambil kepalanya untuk digantung
Disaksikan penduduk tua dan muda
Perbuatan Setan berwujud manusia
Mayat dipotong menjadi dua
Untuk diambil bagian kepala
Di setiap nagari yang telah direbut
Penguasa menciptakan perasaan takut
Termasuk permainan tentang maut
Dijadikan topik untuk disebut sebut
Balairungsari 16 ruang
Bangunan kuno buatan nenek moyang
Monumen sejarah budaya Minang
Menjadi saksi kekejaman perang

Di pohon Asam yang tegak berdiri
200 meter dari Balairungsari
Kepala digantung dua hari
Orang pun takut menjadi ngeri
Kepala Anwar yang tergantung
Di tepi jalan masuk kampung
Semua orang melihat langsung
Termasuk tamu yang berkunjung
Sebelum bergolak ketika damai
Engku Kakbah orang cerdik pandai
Bukan termasuk anggota partai
Tiada indikasi untuk dicurigai
Menurut cerita dari narasumber
Akhir tahun, bulan Desember
Kakbah diculik anggota OPR
Lalu dibawa ke Pos Militer
Dari Pos Militer tak pernah kembali
Nasib yang sama juga dialami
Zuber Wahid anggota Masjumi
Hilang lenyap sampai kini
Fakta ini perlu diungkap
Orang hilang setelah ditangkap
Seperti pekerjaan tukang sulap
Bim salabim, lalu lenyap
Ketika tentara mati gugur
Saat jenazah akan dikubur
Ada protokol siap mengatur
Diiringi trompet serta tambur
Menurut Hak Azasi umat Manusia
Penghormatan kepada orang, harus sama
Ketika bergolak ternyata beda
Kesalahan dibuat presiden negara
Menurut terminologi orang pintar
Para psikolog, yang menjadi pakar
Perbuatan disebut sebagai psywar
Supaya ketakutan segera menyebar
Tentara OPR berpaham Ateis
Mereka mengaku jadi Komunis
Kepada musuh sangat bengis
Bila diceritakan sangat miris
Ini logika yang sangat jelas
Ketika kekejian dibiarkan bebas
Tanpa diusut sampai tuntas
Pasti didalangi orang cerdas
Kita tak perlu merasa heran
Orang cerdas yang tak beriman
Selalu ada di setiap zaman
Mereka atheis tidak bertuhan
Perjuangan Dilanjutkan di Rantau Seberang
Tidak disangka dikira-kira
Tahun 66 di Kota Jogja
Si Am dan Amrie bertemu muka
Ikut demo gerakan mahasiswa
Bukan menyandang bedil senapang
Tidak pula disebut sebagai perang
Kami terus tetap berjuang
Begitulah semangat anak Minang
Gerakan mahasiswa melawan PKI
Semuanya tergabung di dalam KAMI
Intinya adalah organisasi HMI
Melakukan demo berhari hari

Berhari hari melakukan demo
KAMI menuntut rezim Soekarno
Agar mereka menjadi legowo
Dengan komunis janganlah berkonco
Baretnya merah, bajunya hitam
Pakaian resmi dipakai seragam
Tampak terlihat sangat seram
Asu dan PKI sangat kejam
Asrama Tanjung Raya di samping DeBrito
Di tepi jalan menuju Solo
Hancur musnah bak diterjang galodo
Itulah perbuatan pendukung Soekarno
Di pulau Jawa disebut Asu
Di Kalimantan Barat Cina Paraku
Mendukung komunis mereka bersatu
Seperti OPR di masa lalu
Orang Tanjung Raya anak nagari
Di kota Jogya ikut demonstrasi
Pulang ke asrama dibunuh mati
Karena dipukul Asu PKI
Kesimpulan
Karena Allah maha Penentu
Walau dikejar ratusan peluru
Kami tak pernah merasa ragu
Iman di dada sangat perlu
Ibarat binatang hidup di hutan
Sepanjang waktu mencari makan
Manusia yang hidup dikejar kesibukan
Ada yang lupa kepada Tuhan
Allah dan Manusia tiada diingat
Terkadang hidup bergelimang maksiat
Hanya tontonan yang dilihat
Itulah orang: tak tahu Nan Empat
17 Juni 2014
|