Telah dibaca oleh: 87279 orang.RPJP Sumbar dan Luhak nan Tigo
Dikarang oleh : Abraham Ilyas
PARADIGMA MINANG KABAU untuk PEDOMAN PEMBANGUNAN SUMATERA BARAT Keberadaan maupun kemajuan suatu masyarakat/negara tidak terlepas dari tiga kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat/negara yang bersangkutan, atau tali tigo sapilin atau tungku tiga sajarangan.
Tiga kekuatan yang dimaksud ialah:
1. Kekuatan Cerdas (smart power).
2. Kekuatan Keras (hard power).

3. Kekuatan Lunak (soft power).
Pada negara moderen bentuk Kekuatan Cerdas ialah penguasaan ilmu pengetahuan/tekhnologi. Indikatornya ialah kemampuan suatu negara/provinsi menguasai ilmu pengetahuan/iptek, adanya pusat-pusat research tekhnologi, Perguruan Tinggi nan bermutu, penerima hadiah Nobel, prestasi pelajar dalam lomba-lomba nasional/internasional, kini: menguasai Tekhnologi-informasi, dst.
Indikator penguasaan Kekuatan Keras ialah kemampuan beladiri yang dimiliki anak-kamanakan, ketahanan ide/adat/keyakinan agama. Nilai kebugaran fisik, kemampuan penguasaan ilmu beladiri/silek. Diantaranya Silek Kumango, Silek Lintau, Silek Sungai Patai dll. yang dibekali untuk mereka.
Indikator penguasaan Kekuatan Lunak ialah kemampuan negara menyediakan sandang, pangan dan kesehatan untuk rakyatnya atau memiliki uang/devisa.
Ibarat sebuah komputer, mesin tersebut hanya bisa melakukan fungsinya apabila telah memiliki tiga komponen pula yaitu Hardware, Software dan Brainware. Hardware bisa disamakan dengan Kekuatan Keras
Software disamakan dengan Kekuatan Lunak
Brainware disamakan dengan Kekuatan Cerdas.
Tanpa keserasian 3 komponen ini, maka komputer tidak berguna samasekali untuk manusia.
Jauh sebelum pemahaman 3 komponen yang menjalankan komputer ataupun teori eksistensi/pengembangan negara moderen, Dt. Parpatiah nan Sebatang berdua dengan Dt. Ketumangguangan telah membuat teori dan lambang-lambang sekaligus mempraktekkannya di dalam struktur masyarakat Minang Kabau. Selanjutnya pembangunan ini meluas ke rantaunya masing-masing.
Inilah diantaranya pesan-pesan tersebut yang dikutip dari kaset "Pitaruah Ayah" rekaman oleh Yus Dt. Parpatiah:
Wahai nak kanduang, kata ayah
Janganlah bosan mendengarkannya
Bercerita takkan lama
Hanya karena berat menyimpannya
Jika anak harus menimbang
Simaklah dengan dalil mata batin
Adapun tubuh manusia,
terbangun dari tiga rongga
Pertama rongga di atas
Kedua rongga di tengah
Ketiga rongga di bawah
Yang dimaksud rongga di atas,
ialah ruang di kepala.
Berkeinginan ilmu pengetahuan
Tersebut rongga di tengah,
yaitu dada, rumpun hati
Sangkar iman, lubuk agama,
Inilah pedoman jurumudi.
Yang mana pula rongga di bawah.
Lambung musti diisi
Perut minta dikenyangkan.
Umpamanya alam Minang Kabau,
yang terdiri dari tiga luhak.
Bernama luhak nan Tiga.
Pertama Luhak nan Tuo Lambang Kucing warnanya kuning Tinggi pengaruh berwibawa Kuning tanda kemenangan.
Adapun arti yang terkandung
Orang cerdas adikuasa
Sumber ilmu pengetahuan
Science-tehnologi kata orang sekarang
Kedua luhak nan Tengah
Simbol merah Harimau Campa
Berani karena benar
Hukum tidak makan banding
bernama perintah Syarak.
Penampilan baik, tampanpun ada
Terserah cara memasangkan
Moral-spiritual cara baru
Ketiga, luhak nan bungsu Corak hitam, lambang kambing hutan Rela dan sabar berusaha
Rumput tak ada tentang daun
Karena padi makanya jadi
Karena emas makanya kemas
Berbicara harus dengan uang
Berjalan tentu dengan kain
Jika bekerja harus makan
Ekonomi bahasa canggihnya
Itulah tali sehelai pilin tiga
Tungku nan tiga sejerangan
Jika kita ingin sempurna
Menjadi orang beharga
Sejalan rohani dengan jasmani
Dunia dapat, akhirat tercapai
Konsep pembangunan semacam ini sebaiknya menjadi acuan oleh masyarakat maupun Pemda Sumatera Barat ketika menyusun RPJP. Tak ada disebut kata-kata miskin/kk-miskin/BTL, penanaman modal oleh investor asing (yang sengaja ditiupkan oleh kaum kapitalis), apalagi menjual rupa untuk melayani orang asing/wisatawan bersenang-senang di kampuang supaya anak-kamanakan cukup sandang-pangannya.
Kalaupun orang asing berdatangan ke kampuang tidak perlu diundang-dipromosikan; biarlah mereka berbondong-bondong datang ke kampuang kita untuk belajar dan baguru cara hidup nan Benar/baradat !.
Penuhi kepalamu dengan ilmu (... di Tanah Datar/rantaunya ..?)
Penuhkan dada dengan agama (... di Agam/rantaunya ..?)
Padatkan perut dengan harta (... di 50 Koto/rantaunya ..?)
Itulah nan disabuik mamak tahu di adat atau mamak nan baradat.
Catatan:
Mohamad Yamin, pahlawan Nasional ketika menjadi menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sempat merealisasikan konsep pembangunan semacam ini dengan mendirikan tiga macam fakultas di Luhak nan Tigo.
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru didirikan di Batusangkar, Fakultas Kedokteran di Bukittinggi dan Fakultas Pertanian di Payakumbuh.
Sejarah berkata lain, ketiga fakultas ini kemudian disatukan di kota Padang (rantau dari Luhak), dan menjadilah Universitas Andalas sekarang ini.
Saat ini peringkat universitas tersebut belum bisa disamakan dengan universitas terkemuka di Jawa yang muncul lebih kemudian.
Pikiran M. Yamin untuk membangun Sumatera Barat sesuai dengan budaya Minang Kabau tidak bisa dipahami oleh generasi kemudian.
Pusat Alam Minang Kabau (Luhak nan Tigo), kini lebih banyak dipromosikan sebagai tempat yang indah untuk menjadi objek pariwisata mencari pitih secara instan, sesuai dengan pesan Pusat
Sedangkan di rantau (Padang) fakultas-fakultas tersebut alun pulo bisa takah urang di Jawa ....!
Tulisan ini diupload tg. 1 September 2008, untuk para Generasi Muda, pemilik Luak nan Tuo di masa depan !
|